Lima Menit Sebelum Awan Panas Melumat




Satinah (70) warga Desa Kendalsari menunggu di dalam mobil ambulans yang diselimuti abu erupsi Gunung Merapi saat akan dievakuasi ke barak pengungsian di Desa Dompol, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Selasa (26/10/2010). Erupsi Gunung Merapi membuat ribuan warga di sejumlah desa di Kemalang harus diungsikan.
KOMPAS.com — Rasa panik itu ternyata memiliki hikmah. Saya, Musyafik, sekarang benar-benar bersyukur. Jika tidak, saya tidak tahu apa yang akan menimpa jika saya bertahan beberapa menit saja di rumah Mbah Maridjan di Kinahrejo.
Lima menit yang tersisa itu sungguh menyesakkan ketika saya akhirnya melihat betapa hancurnya rumah dan tanah yang semula saya injak. Keramahan dan keceriaan Mbah Maridjan ketika saya ngobrol sambil bersenda gurau masih terngiang-ngiang di benak saya.
Kepanikan Bramasto Adhy, teman fotografer yang bersama-sama saya di rumah Mbah Maridjan lima menit sebelum awan panas Kinahrejo menggulung, sungguh menyelamatkan kami. Bramasto waktu itu panik luar biasa saat mendengar sirene bahaya meraung-raung.
Dia sudah mencengkeram kuat setang sepeda motor, menyalakan mesin, dan bersiap meluncur turun ke Umbulharjo, lokasi yang lebih aman. Saya mencoba mengajak dia bertahan karena ingin melihat perkembangan yang terjadi di belakang saya.
Saya juga lihat warga setempat lebih tenang meski mulai berkumpul di tepi jalan untuk bersiap mengungsi. Itu yang membuat saya makin yakin tidak akan terjadi sesuatu. Tetapi, itulah takdir, itulah hidup. Saya akhirnya meluluskan ajakan Bramasto turun.
Hujan abu waktu itu turun sangat deras, jarak pandang terbatas meski aliran listrik masih menyala. Kami akhirnya meluncur turun bersama-sama ratusan warga yang menunggang sepeda motor dan kendaraan pribadi.
Saya kemudian tak berpikir lagi untuk bertahan karena terpikir kemudian soal keselamatan. Namun, saya berusaha mengingatkan Bramasto untuk terus mengabadikan detik-detik evakuasi, korban-korban terbakar awan panas yang dibawa turun oleh warga dan tim penolong.
Yang kemudian saya heran, suasana di sepanjang jalan yang sudah diguyur hujan abu, reaksi orang-orang tampak tenang meski lalu lintas riuh rendah. Beberapa warung masih buka dan warga yang akan mengungsi berjejer di tepi jalan, tidak menunjukkan kepanikan.

0 komentar:



Posting Komentar